Beginilah seharusnya mencintai Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam
Al-Hamdulillah, segala puji hanya milik
Allah, tidak ada pujian selain hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Shalawat
dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
keluarga dan para sahabatnya.
Rasulullah salallahu’alaihi wasallam
adalah nabi yang sangat mencintai umatnya, Nabi kita Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, adalah Nabi yang memiliki akhlak yang paling mulia,
walaupun beliau dihina, diejek, difitnah orang gila, dilempari batu, diancam
akan dibunuh, bahkan ketika datang sakaratul maut, ummati,... ummati,... ummati....
kata – kata inilah yang keluar dari bibir nabi yang mulia, begitu cintanya
beliau kepada kita, lalu apakah kita juga mencintai beliau...?
Beliau Shallallahu 'Alaihi
Wasallam menjadi saksi atas umat sebelumnya. Allah menggandengkan ketaatan
kepada beliau dengan ketaatan kepada-Nya, serta mewajibkan untuk mencari
keadilan kepada beliau saat terjadi perselisihan.
Rasulullah adalah habibullah (Hamba
yang sangat dicintai Allah). Kita pun mencintainya dengan sepenuh jiwa. Bahkan
keimanan kita mewajibkan untuk lebih mengutamakan kecintaan kepada beliau
daripada kecintaan kepada anak, orang tua, diri sendiri, dan manusia
seluruhnya.
Para sahabat Ridhwanullah
'Alaihim telah menunjukkan kecintaan kepada beliau yang tak ada tandingnya.
Apapun kan dikorbankan demi melindungi diri beliau. Segalanya akan diberikan
untuk menebus diri beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Hewan, tumbuhan,
batu, dan gunung tak mau ketinggalan; mereka telah menunjukkan kecintaan dan
penghormatan kepada beliau sepanjang zaman.
Tahukah kita bahwa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga sangat mencintai kita. Beliau berkeinginan
melihat kita dan rindu berjumpa dengan kita. Semua yang baik dan bermanfaat
untuk kita telah beliau tunjukkan untuk kita kerjakan. Segala yang buruk dan
mendatangkan kesengsaraan juga telah beliau terangkan untuk kita jauhi. Maka
tak ada alasan untuk tidak mencintainya dan memuliakannya.
Kita wajib mencintai Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam karena beberapa sebab, di antaranya;
- Beliau adalah habibullah (kekasih
Allah); maka siapa yang mencintai Allah ia wajib pula mencintai siapa yang
dicintai-Nya.
- Beliau adalah rahmah, pemberi
petunjuk, dan nikmat terbesar untuk umat manusia.
- Beliau sangat menghawatirkan kita
dan sangat mencintai kita.
- Beliau adalah pemberi syafaat
kepada kita di saat tak ada syafaat yang akan diterima oleh-Nya.
- Beliau memiliki akhlak yang sangat
mulia dan keteladanan yang bagus.
- Dengan mencintai beliau akan
terwujud tanda-tanda keimanan, memperoleh kecintaan ar-Rahman, dan
terselamatkan dari teladan-teladan rusak lagi sesat dan menyesatkan.
Cara Mencintai Rasulullah
Ada beberapa tanda bahwa seseorang
itu mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
Pertama, Mentaati beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini
merupakan tanda paling utama yang menunjukkan benarnya kecintaan kepada beliau.
Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ
يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
"Barang siapa yang
menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka." (QS. Al-Nisa': 80)
Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman tentang kewajiban mentaati beliau,
"Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS.
Ali Imran: 31)
Al-Imad Ibnul Katsir berkata,
"Ayat yang mulia ini menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta
kepada Allah ajja wajalla, sedangkan ia tidak berada di atas jalan hidup Nabi
Muhammad, bahwa ia berdusta dalam pengakuannya pada saat itu juga. Sehingga ia
mengikuti syariat Nabi Muhammad dan dien Nawabi (Islam yang beliau bawa) dalam
semua perkataan dan perbuatannya. Sebagaimana yang tertera dalam Shahihain,
dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Siapa
yang beramal dengan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia
tertolak."
Al-Hasan al-Bashri dan ulama salaf
lainnya telah berkata: Suatu kaum mengaku mencintai Allah, lalu Allah menguji
mereka dengan ayat ini. lalu beliau membaca ayat di atas.
Cinta kepada Allah tidak cukup hanya
pengakuan lisan. Tapi harus disertai pembuktian. Dan tanda bukti nyatanya
adalah mengikuti utusan-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam semua
keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya, dalam pokok agama dan
cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Maka siapa yang mengikuti Rasul itu
menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak mengikuti Rasul, ia
tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Karena kecintaan kepada Allah mengharuskan
untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal itu tidak ditemukan pada diri seseorang,
menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada Allah ajja wajalla, yakinlah bahwa ia
dusta dalam pengakuannya.
Kedua, cemburu atas beliau dan ajarannya. Marah jika kehormatan
beliau dan agama yang beliau bawa direndahkan. Kecemburuan ini menuntut
realisasi nyata, tidak cukup hanya dengan perkataan semata. Misalnya, membuat
bantahan terhadap syubuhat buruk yang dialamatkan kepada beliau dan sunnahnya,
melakukan tuntutan dan perlawanan kepada mereka yang sengaja melecehkan beliau
baik yang melalui lukisan karikatur, pembuatan film, dan semisalnya.
Ketiga, mengagungkan dan memuliakan pribadi beliau dan tidak
meremahkan sunnahnya. Karena ada sebagian manusia yang mengklaim cinta Nabi,
tapi ia mengejek orang yang menghidupkan sunnahnya seperti memanjangkan
jenggot, tidak isbal dalam berpakaian, bersiwak, dan lainnya. Selayaknya orang
yang cinta kepada beliau ia semangat menghidupkan sunnahnya. Sebuah keharusan,
memuliakan beliau sekaligus sunnahnya. Dan di antaranya bentuk pemuliaan, tidak
memanggil beliau dengan namanya semata tetapi dengan menisbatkan kepada nubuwah
dan risalah serta menyertakan shalat dan salam atasnya.
Keempat, memperbanyak bacaan shalawat kepada beliau. Karena siapa
yang mencintai seseorang pastinya ia sering menyebut namanya. Maka siapa yang
cinta kepada beliau ia sering membacakan shalawat dan salam kepadanya.
Sesungguhnya bershalawat kepada beliau mengandung keberkahan, doa, pengagungan,
dan pemuliaan.
Kelima, sering mengingat beliau, rindu dan berharap perjumpaan
dengan beliau di syurga. Terdapat dalam satu hadits, "Di antara umatku
yang sangat mencintaikku adalah mereka yang hadir sesudahku, salah seorang
mereka menginginkan kalau saja bisa melihatku dengan membawa keluarga dan
hartanya." (HR. Muslim)
Adalah Bilal, saat berada di
pembaringan kematiannya mengatakan: "Besok aku akan berjumpa dengan para
kekasih tercinta, Muhammad dan para sahabatnya."
Keenam, mencintai apa yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam
cintai dari jenis manusia, makanan, minuman, perkataan, tempat, waktu, dan
selainnya. Inilah kecintaan yang sempurna. Karenanya kita mencintai keluarga
beliau secara keseluruhan dan para sahabatnya yang mulia.
Ketujuh, berakhlak dengan akhlak yang dimilikinya dan meniti jalan
hidup yang telah ditempuhnya. Karena dalam perjalanan hidupnya terdapat
keteladanan yang mulia.
"Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Sesungguhnya beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam adalah Al-Qur'an yang berjalan di tengah-tengah manusia.
Semua perkataan dan perbuatannya adalah terjemahan aplikatif dari kitab suci
yang mulia. Karenanya, selayaknya kita meniru akhlak Nabi, mengikuti jalan
hidup dan petunjukkan dalam makan, minum, tidur, bermu'amalah, dan dalam segala
hal. Semua ini merupakan bentuk kecintaan kepada beliau yang sesungguhnya.
Wallahu Ta'ala A'lam. (antosugianto@gmail.com / sugiantoone@yahoo.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar